Menurut Presiden Direktur PT SLR/ PT SDJ Victor B. Tanuadji, tahun 2024 kinerja PT Titan Infra Sejahtera (TIS) terus bertumbuh, Sebagai gambaran EBITDA (earning before interest, tax, depreciation, and amortization), istilah umum untuk menggambarkan performa keuangan sebuah perusahaan, tahun lalu TIS mencatatkan EBITDA sebesar US 100 juta.
“Tahun ini kami optimis angka itu akan bertambah,” timpal Suryo Suwignjo, Direktur Operasi PT Titan Infra Energy, holding TIS.
Lebih jauh Suryo menjelaskan, revenue atau pendapatan TIS berkait langsung dengan seberapa besar komoditi utama yang diangkut yaitu batubara melewati jalan hauling SLR dan yang dikapalkan SDJ.
Peningkatan Volume Batubara yang Diangkut
Tahun ini, misalnya, besaran batubara yang lewat dan dikapalkan TIS sebanyak 21 juta ton, meningkat sekitar 15 persen dari tahun 2023 yang sebesar 18 juta ton. Dan tahun depan diperkirakan menjadi 27 juta ton.
Kerjasama dengan PT Bukit Asam Tbk
Yang menarik, Victor menambahkan, sejak tahun ini, PT Bukit Asam Tbk, mulai mengirimkan produksi batubara mereka melalui jalur dan pelabuhan batubara TIS.
Tentu ini membawa angin segar bagi perusahaan.
Victor meyakini, batubara Bukit Asam yang melewati jalan TIS dari tahun ke tahun akan terus bertambah. Apalagi di tengah harga batubara yang relatif stabil di harga US 125 dolar per ton.
Peningkatan Kapasitas Infrastruktur di PT Titan Infra Sejahtera
Bahkan untuk mengantisipasi terjadi bottle neck, penyumbatan di jalur lalu lintas, akibat lonjakan angkut dan pengapalan itu, tahun ini TIS sudah menambah jumlah pelabuhan dari 2 menjadi 3 pelabuhan dengan 5 konveyor. Rencananya, tahun depan akan menambah 1 konveyor lagi.
Victor optimistis masa depan perusahaan cemerlang di masa depan. Dia menjelaskan, Indonesia sebagai negara produsen dan eksportir utama batubara termal di dunia, saat ini pasokan batubara didominasi tambang-tambang yang ada di Kalimantan.
Masalahnya, biaya stripping atau pengedukan batubara di Kalimantan sudah semakin mahal lantaran usia penambangan yang sudah cukup lama.
Dengan biaya pengedukan yang kian mahal, harga menjadi tidak kompetitif. “Ruang inilah yang menjadi masa depan kami.” ucap Victor, berbinar.
Baca Juga : Ground Breaking Wisma Titan PT Swarnadwipa Dermaga Jaya
Sumatera Selatan sebagai Masa Depan Industri Batubara
Optimisme Victor itu tidak berlebihan. Fakta menunjukkan, saat ini Sumatera adalah penghasil batubara terbesar ke dua di Indonesia. Dan Sumatera Selatan, di mana operasi TIS berada, adalah penyumbang terbesar dari produksi batubara di Sumatera.
Cadangan batubara di Sumatera Selatan tercatat sebanyak 9,3 miliar ton. Jumlah ini 25% dari cadangan batubara nasional yang mencapai 37,6 miliar ton.
Konsentrasi tambang batubara di Sumatera Selatan berada di tiga wilayah kabupaten, yakni Muara Enim, Lahat, dan Pali.
Di Muara Enim saja setidaknya ada 29 izin usaha pertambangan yang keluarkan pemerintah.
Tahun ini, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sumatera Selatan menargetkan produksi batubara mencapai 131 juta ton.
Angka-angka itulah masa depan TIS. Ketika lumbung batubara di Kalimantan mulai menipis dan biaya produksi makin mahal, tak pelak batubara Sumatera Selatan akan dilirik pembeli.