KETUA Indonesia Mining & Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo memprediksi produksi batu bara di Indonesia akan tetap tinggi dan mendominasi di 2023. Hal ini disebabkan oleh masih tingginya harga acuan batu bara dunia dan transisi energi yang kemungkinan belum berjalan di tahun depan.
“Saya melihat bahwa batu bara di 2023 masih mendominasi. Walaupun harga batu bara sempat menurun, saya melihat penurunan harga ini masih tetap tinggi. Harganya meningkat tajam dari 2020 sampai saat ini. Kalau melihat harga acuan batu bara, di November 2022 masih cenderung tinggi atu masih di US$308.2 per ton,” ungkapnya dalam acara Core Economic Outlook 2023, Rabu (23/11). Lebih lanjut, Singgih menilai bahwa pemerintah masih akan memberlakukan ekspor terhadap komoditas batu bara ke depan. Hal ini disebabkan pendapatan pajak dari batu bara dikatakan masih sangat tinggi. Selain itu, pemerintah dikatakan telah menaikkan target produksi batu bara di 2023 yakni mencapai 694 juta ton. Untuk kebutuhan domestik sendiri hanya diperlukan sekitar 165 juta ton untuk kelistrikan dan industri lain.
“Tahun 2023 batu bara akan ditempatkan sebagai komoditas untuk mendorong pendapatan negara. Pasar batu bara di Pasifik dan Atlantik akan tetap tinggi. Jadi India dan Tiongkok tetap akan menjadi pasar utama batu bara kita,” kata Singgih. Selain itu, Singgih berharap pemerintah segera mengimplementasikan Badan Layanan Umum Batu Bara di awal 2023. Dengan demikian, keandalan kelistrikan dalam negeri dan biaya pokok produksi PLN dapat terjaga dengan baik. (OL-14)
Baca juga prediksi harga batubara 2023.