Harga batu bara benar-benar perkasa dalam sepekan ini, setelah terus melesat selama enam hari beruntun untuk mencoba menjangkau rekor baru.
Pada Jumat (30/7) lalu, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) berada di level US$ 152,75/ton, naik 0,23% dari hari sebelumnya.
Adapun pada minggu ini, batu bara sempat mencuat lebih dari 1% sebanyak dua kali, yakni pada Senin (26/7) ketika melonjak 1,19% ke US$ 148,50/ton dan Rabu (28/7) saat menguat 1,04% ke US$ 151,20/ton.
Alhasil, dalam sepekan harga batu hitam ini melonjak hingga 4,10%.
Harga batu bara sedang berada di tren bullish, di mana terjadi kenaikan selama enam hari beruntun.
Pada 19 Juli 2021, harga batu bara menyentuh US$ 153,7/ton, tertinggi sejak setidaknya 2008. Apabila kenaikan yang sekarang terus berlanjut, maka bukan tidak mungkin harga batu bara akan mencatatkan rekor baru.
Toby Hassall, Analis Refinitiv, menyebut ada dua faktor yang bisa menopang kenaikan harga batu bara. Satu, permintaan sedang tinggi, terutama di China.
Harga batu bara di Pelabuhan Qinhuangdao pada akhir pekan lalu berada di CNY 1.075/ton, naik 7,5% dari sepekan sebelumnya. Pertumbuhan permintaan yang sangat pesat belum diimbangi dengan produksi batu bara domestik, sehingga China terus mengimpor.
Bulan lalu, China mengimpor batu bara termal sebanyak 12,3 juta ton. Melonjak 31,7% dibandingkan bulan sebelumnya dan 7,4% dari Juni 2020.
Dua, harga gas alam juga dalam tren naik. Saat harga gas alam semakin mahal, pelaku usaha kembali melirik batu bara.
Per 26 Juli 2021, biaya pembangkitan listrik berbahan bakar gas alam di Eropa adalah EUR 36,95/MWh. Lebih mahal ketimbang pembangkitan batu bara yakni EUR 36,28/MWh.
Sementara di India, impor batu bara untuk kebutuhan pembangkit listrik pada Juni 2021 adalah 3,3 juta ton. Melesat 22,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada kuartal II-2021, total impor batu bara untuk pembangkit listrik di Negeri Bollywood tercatat 11,2 juta ton. Naik 3% dari kuartal II-2020.
“Impor batu bara sudah pulih ke level sebelum pandemi di banyak negara konsumen utama. Perbaikan kondisi ekonomi terbantu oleh kebijakan fiskal dan moneter yang longgar. Sepertinya dalam waktu dekat permintaan batu bara akan naik ke atas kondisi pra-pandemi,” kata Toby Hassall.
TIM RISET CNBC INDONESIA