Kebutuhan Batubara Cina Dipasok dari Indonesia. Cina merupakan salah satu negara pengimpor batu bara terbesar Indonesia. Padahal negara tersebut memiliki cadangan emas hitam terbesar di dunia, bahkan melebihi Indonesia.
Cina memiliki cadangan batu bara sebesar 149,8 miliar ton atau sekitar 13 persen dari total cadangan dunia. Hal ini menjadikan Cina sebagai produsen sekaligus konsumen batu bara terbesar di dunia.
Wilayah penghasil batu bara terbanyak di Ciina berada di wilayah Utara, tepatnya di Provinsi Shanxi dan Mongolia Dalam.
Menurut data Biro Statistik Nasional (NBS) Cina, produksi batu bara di negara itu mencapai 4,07 miliar ton pada 2021. Angka ini meningkat 4,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Konsumsi Batubara Cina dilaporkan sebesar 1,906.725 TOE mn pada 2018. Rekor ini naik dibanding sebelumnya yaitu 1,890.426 TOE mn untuk 2017.
Data Konsumsi Batubara Cina diperbarui tahunan hingga 2018, dengan rata-rata 565.990 TOE mn dari 1965 sampai 2018, dengan 54 observasi.
Angka tertinggi sebesar 1,969.073 TOE mn pada 2013 dan rekor terendah sebesar 107.990 TOE mn pada 1968.
Data Konsumsi Batubara Cina tetap berstatus aktif di CEIC dan dilaporkan oleh BP PLC.
Data dikategorikan dalam Association: Metal and Mining Sector World Trend Plus – Table WB.BP.CONS: Coal Consumption.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan kualitas batu bara RI yang memiliki kalori lebih rendah dan mengandung sulfur menjadi alasan mengapa Cina impor dari Indonesia.
Batu bara Indonesia, kata dia, dicampurkan dengan batu bara produksi Cina untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di sana.
Selain itu, biaya impor batu bara dari Indonesia lebih murah dibandingkan memasok batu bara dari Cina sendiri. Hendra mengatakan produksi batu bara Cina yang berada di utara membuat harga logistiknya lebih mahal.
Pasalnya, Pengembangan ekonomi mereka berada di kawasan selatan dan timur seperti di Guangdong dan Shanghai.
Kebutuhan Batubara Cina Mulai Dibatasi
Namun, Cina mulai membatasi kebutuhan batubara akibat tekanan global untuk menurunkan emisi karbon. Hal ini tentu berdampak pada perusahaan tambang yang biasa mendukung pemerintah Indonesia untuk ekspor batubara ke Cina.
Pelaku usaha meminta pemerintah untuk memperpanjang durasi rencana kerja dan anggaran belanja (RKAB) perusahaan batu bara menjadi lima tahunan sebagai tindaklanjut atas rencana dua pengimpor utama Cina dan India membatasi pembakaran batu bara di pasar domestik pada 2026 mendatang.
Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengatakan perpanjangan durasi RKAB itu mendesak dilakukan untuk memetakan alokasi belanja modal serta aset perusahaan menyusul potensi turunnya kuota impor dari dua negara pembeli utama tersebut.
Perusahaan tambang batubara bisa memetakan kebutuhan investasi batubara mengacu pada kebutuhan India dan Cina. Masa kritis dari konsumsi batubara kedua negara tersebut akan terjadi pada tahun 2026. Cina akan membakar batu bara maksimum 4,3 miliar ton di 2025-2026. Sementara India hanya akan membakar 1,3 miliar ton. Oleh karena itu, perusahaan tambang batubara seperti Titan Infra Energy harus bisa mengantisipasi.