Risiko Pekerja Tambang Batubara cukup banyak. Sama halnya seperti di lokasi tambang pada umumnya, nyawa bisa menjadi pertaruhan para pekerja di situs tambang batubara.
Bekerja di pertambangan memang berisiko besar baik itu kecelakaan kerja atau terkena penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja di pertambangan harusnya mendapatkan perhatian utama dari perusahaan pertambangan.
Sayangnya di beberapa negara, keselamatan dan kesehatan kerja di pertambangan masih kurang diperhatikan sehingga masih banyak ditemui kecelakaan fatal ataupun pekerja yang sakit akibat kerja. Hal ini tentu seharusnya dapat dicegah dan diminimalisir jika perusahaan menerapkan program K3 dengan benar.
Risiko Pekerja Tambang Batubara
Selain kecelakaan kerja yang mengakibatkan luka dan kematian, sektor pertambangan juga menyebabkan sebagian pekerjanya terkena penyakit tertentu. Berikut ini beberapa jenis penyakit yang biasanya dialami oleh pekerja pertambangan:
1. Penyakit pernapasan pekerja batu bara
Penyakit pernapasan yang biasanya mengenai pekerja pertambangan batu bara berupa black lung disease. Penyebabnya adalah debu batu bara yang mengendap di paru-paru dan tidak dapat dihilangkan sehingga menyebabkan peradangan, fibrosis, dan pada kasus yang terburuk bisa menyebabkan necrosis.
2. Silicosis
Silicosis disebabkan oleh menghirup debu yang mengandung silica. Meskipun banyak upaya dilakukan untuk mencegah silicosis namun ini masih mengenai jutaan pekerja pertambangan dan membunuh ribuan orang setiap tahunnya.
Silicosis dapat menyebabkan cacat fisik permanen. Penelitian terbaru menemukan bahwa silicosis berhubungan dengan tuberculosis. Di Afrika Selatan, tuberculosis menyebabkan lebih banyak kematian bagi pekerja pertambangan daripada kecelakaan kerja.
3. Asbetosis
Pekerja yang terkena serat asbes di pertambangan berisiko menderita penyakit yang berkaitan dengan asbes. Berdasarkan data dari WHO, sekitar 125 juta orang didunia terkena paparan asbestor di tempat kerja.
4. Kehilangan Pendengaran
Kehilangan pendengaran merupakan salah satu penyakit yang banyak dilaporkan terjadi di pertambangan. Sebuah survey di India menyebutkan bahwa pekerja bawah tanah di pertambangan metal menunjukkan 75% dari mereka mengalami gangguan pendengaran, dan survey lainnya menunjukkan 20%-25% pekerja di pertambangan terbuka juga menderita gangguan kehilangan pendengaran.
5. Gangguan otot dan tulang
Pekerja pertambangan juga banyak yang mengalami gangguan pada bagia otot dan tulang mereka, misalnya saja radang otot atau iritasi, sakit punggung, dan lain-lain. Di kebanyakan negara penyakit yang berhubungan dengan otot dan tulang tidak digolongkan sebagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan sehingga data dan kepedulian terhadap penyakit tersebut tidak optimal.
Cara PT Titan Infra Energy Mengendalikan Risiko Pekerja Tambang
Kami memahami bahwa tidak ada artinya produktivitas tambang sangat besar tetap mengabaikan nilai-nilai keselamatan.
Program kampanye Titan Safe antara lain :
- pemahaman tentang keselamatan
- pelatihan keselamatan-kesehatan-lingkungan
- tindakan tegas
- pemantauan ketat serta pelaporan dan analisis rutin
Program tersebut dilakukan untuk menanamkan dan menumbuhkan disiplin “Health Safety Environment” bagi setiap staf dan tenaga kerja tambang.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Titan Infra
Tujuan kami adalah menjadikan wilayah operasional tambang sebagai tempat kerja yang aman dan sehat bagi semua orang yang terlibat dalam kegiatan penambangan. Salah satu bentuknya adalah pencegahan insiden, cedera, dan penyakit akibat kerja.
Pencapaian tujuan ini dilakukan dengan adanya partisipasi aktif seluruh karyawan, operator, kontraktor, pemasok, dan seluruh pemangku kepentingan di area tambang.
Program keselamatan kami yang disebut “PANUTAN”. PANUTAN merupakan singkatan dari “Panca Utama Titan” (atau “Lima Aturan Emas Titan”). Program tersebut berupa “daftar pemeriksaan rutin” yang dirancang secara sistematis untuk membangun “budaya keselamatan” di Titan Mining Indonesia.